Investasi Bitcoin adalah keniscayaan di era digital saat ini.
Pemula perlu belajar seluk beluk investasi di Bitcoin, sebelum mulai masuk.
Apa saja yang perlu dipelajari oleh pemula soal Bitcoin?
Apa itu Bitcoin dan Kenapa Fenomenal
Bitcoin adalah aset digital yang tersimpan di jaringan Blockchain dan beroperasi secaraa desentralisasi, trustless lewat jaringan internet.
Sebelum itu, kenapa Bitcoin begitu fenomenal.
Pertama, kenaikkan harga Bitcoin yang luar biasa dalam beberapa tahun ini.
Catatan saya, harga bitcoin naik kurang lebih 700% lebih sejak setahun terakhir. Mengalahkan return aset – aset keuangan lainnya.
Kedua, Bitcoin mulai diadopsi oleh banyak institusi ternama.
Salah satu contohnya adalah PayPal. Baru – baru ini, PayPal yang merupakan alat pembayaran transaksi online terbesar di dunia – 300+ juta pengguna, mengumumkan bahwa mereka sekarang menerima Bitcoin. Pengguna PayPal bisa menyimpan dan melakukan transaksi dengan Bitcoin di PayPal.
Ketiga, go-public nya Coinbase di Nasdaq USA di April 2021 dengan market cap mencapai $65 billion menandai masuknya Bitcoin ke Wall Street.
Coinbase adalah exchange Bitcoin terbesar di USA. Profit perusahaan ini ditentukan oleh harga Bitcoin di pasar.
Investasi di Coinbase secara tidak langsung berarti investasi di Bitcoin. Oleh karena itu, masuknya Coinbase ke Wall Street dengan market cap sebesar itu menandakan mulai diterimanya Bitcoin oleh pelaku pasar secara umum.
Keempat, ini yang paling mengagetkan saya, bahwa menurut data terakhir dari Bappebti terdapat 6.5 juta nasabah crypto di Indonesia. Ini luar biasa karena jumlah nasabah saham di Indonesia, yang nota bene lebih dulu, baru mencapai 4 jutaan.
Jadi, antusiasme investasi Bitcoin dan aset kripto lainnya di Indonesia tidak bisa dianggap remeh. Perkembangannya luar biasa.
Lalu, bagaimana buat pemula yang ingin melakukan investasi di Bitcoin. Saran saya, pelajari dengan baik.
Karena investasi terbaik adalah investasi di instrumen yang kita pahami.
10 Hal Penting Pemula Wajib Tahu soal Bitcoin
Berikut ini adalah 10 fakta investasi Bitcoin yang pemula sebaiknya ketahui dan pelajari:
1. Aset Digital Terdesentralisasi
Bitcoin adalah aset digital. Artinya, kita tidak bisa melihat fisik dari Bitcoin, berbeda dengan uang kertas atau emas, yang fisiknya kita bisa pegang dan rasakan.
Data Bitcoin tersimpan dalam jaringan Blockchain dengan pemilik memegang private key dan public key. Private key harus dipegang secara rahasia karena jika ketahuan oleh orang lain, maka Bitcoin bisa hilang.
Jadi, kalau ada yang beranggapan bahwa Bitcoin diragukan karena tidak bisa dilihat fisiknya, itu sebuah kesalahpahaman. Bitcoin memang aset yang diciptakan tidak bisa dilihat.
Selain digital, Bitcoin dan aset kripto lainnya bersifat terdesentralisasi. Ini jadi karakteristik utama.
Apa maksudnya?
Kalau kirim uang antar rekening, kita tergantung pada bank. Bank yang akan memeriksa dan memvalidasi transaksi tersebut, memastikan bahwa yang satu punya saldo uang cukup dan yang lain menerima uangnya.
Kita semua mengikuti dan patuh pada bank sebagai pihak yang memegang otorisasi dalam transaksi perbankan.
Sistem perbankan ini disebut sentralisasi.
Dalam transaksi di Bitcoin, misalnya pengiriman koin dari satu tempat ke tempat lain, proses verifikasi dan validasi dilakukan oleh komunitas melalui jaringan blockchain. Tidak ada satu pihak terpusat, semua pihak dalam jaringan yang membuat konsensus untuk memutuskan apakah transaksi valid atau tidak.
Pembuat Bitcoin membuat protokol dalam Blockchain untuk menentukan bagaimana cara komunitas yang terdesentralisasi ini mencapai konsensus.
Jadi, kalau ada yang mengkritik bahwa Bitcoin tidak ada penjaminnya, seperti negara yang menjamin suatu mata uang, itu sebuah kesalahpahaman. Bitcoin memang didesain sejak awal tanpa penjamin.
Desentralisasi yang menjadi dasar Bitcoin dan Kripto bekerja membawa banyak kelebihan jenis aset ini dibandingkan aset – aset lainnya, seperti emas, saham, obligasi dan lain-lainnya.
2. Keunggulan Bitcoin
Kita harus kembali dulu sebentar ke tahun 2008 dimana Bitcoin diciptakan. Saat itu, dunia dilanda krisis keuangan global, yang bermula dari kebangkrutan beberapa perusahaan investasi di USA, akibat krisis mortgage.
Cara pemerintah USA dan negara lain menghadapi krisis tersebut, salah satunya, adalah mencetak uang dalam jumlah masif untuk memompa perekonomian agar bangkit kembali. Miliar dollar dicetak dan ditumpahkan ke sistem ekonomi oleh Federal Reserve, Bank Sentral USA.
Ekonomi memang selamat, tetapi nilai mata uang menjadi makin menurun. Supply uang yang makin besar membuat nilai uang terdepresiasi.
a. Supply Terbatas
Bitcoin diciptakan dengan jumlah supply terbatas. Maksimum jumlah Bitcoin adalah 21 juta.
Dengan jumlah supply terbatas, sementara jumlah mata uang terus bertambah, nilai Bitcoin terhadap mata uang menjadi meningkat. Apalagi, pemerintah semua negara besar di dunia selalu terus mencetak uang dalam jumlah besar setiap tahun.
Jadi, Bitcoin punya efek deflationary karena jumlahnya yang terbatas. Berbanding terbalik dengan mata uang yang inflationary karena jumlah yang terus bertambah.
b. Tidak Ada Korelasi dengan Aset Kelas Lain
Bitcoin adalah kelas aset yang tidak berkorelasi dengan kelas aset lainnya. Berkorelasi itu artinya, kalau harga emas naik maka harga Bitcoin ikut berpengaruh, atau harga Bitcoin terpengaruh oleh pergerakan harga saham.
Tidak ada korelasinya Bitcoin dengan aset lain membuat Bitcoin diburu untuk diversifikasi. Kalau pegang Bitcoin, investor bisa melakukan diversifikasi lebih optimal, tidak perlu khawatir dampak perubahan harga aset lain ke nilai Bitcoin.
Mulai banyak investor institusi yang masuk ke Bitcoin, salah satunya, karena menyadari bahwa Bitcoin penting untuk aset diversifikasi.
c. Security (No Single Point of Failure)
Bitcoin yang sistemnya terdesentralisasi membuat lebih aman dari serangan hacker. Karena untuk hacker menyerang Bitcoin harus melakukan ke banyak komputer, yang membutuhkan biaya besar.
Berbeda dengan sistem tersentralisasi, lebih rentan terhadap serangan, hacker hanya perlu menyerang ke satu titik. Effortnya boleh dikatakan lebih ringan dibandingkan menyerang sistem yang terdesentralisasi.
d. Lebih Unggul dari Emas
Sejumlah keunggulan Bitcoin dibandingkan emas, yaitu:
Divisibility (Kemampuan Dipecah menjadi jumlah kecil): Andainya punya 1 batangan emas, lalu ingin membeli barang seharga 0,5 batang emas, mustahil, karena sangatlah sulit untuk membagi emas itu menjadi potongan kecil untuk melakukan transaksi. Namun, jika memiliki 1 BTC, kita dapat mengirim/mentransaksikan jumlah sekecil 0,00000001 BTC. Jadi, pembeli bisa bertransaksi dengan angka yang se-akurat inginkan (seperti 0.4981537 BTC).
Ease of Transaction (Kemudahan Transaksi): Emas lumayan berat secara fisik sehingga sulit dibawa kemana-mana, dan berbahaya untuk dibawa dalam jumlah besar. Berbeda dengan Bitcoin yang tidak memiliki berat fisik – asalkan ada internet, kita dapat mengirim Bitcoin ke siapa pun di dunia dalam jumlah berapapun dalam 10 menit.
Security of Storage (Keamanan Penyimpanan): Emas mudah dicuri, dan untuk menyimpan emas dalam jumlah besar dengan aman, Anda perlu mengeluarkan langkah-langkah pengamanan yang cukup besar (seperti brankas penyimpanan, kamera keamanan, dan lainnya). Namun, Anda dapat menyimpan Bitcoin dalam jumlah berapapun di aplikasi crypto terpercaya (seperti Pintu) atau *hardware wallet (*dompet perangkat keras) sekecil USB stick, seperti Ledger atau Trezor.
3. Kelemahan Bitcoin
Fluktuasi harga yang luar biasa volatile dan trend kenaikan harga yang sangat tajam, membuat Bitcoin sulit sebagai alat pembayaran atau currency.
- Orang cenderung pegang Bitcoin untuk investasi ketimbang sebagai alat pembayaran. Sayang kalau Bitcoin dilepas dengan nilainya yang selalu meningkat.
- Uang butuh stabilitas nilai. Bayangkan kalau setiap saat nilainya berubah.
Jadi, saat ini, Bitcoin lebih cocok sebagai store of value ketimbang mata uang. Lebih digunakan untuk komoditas seperti emas.
Usia Bitcoin masih sangat muda. Baru 10 tahun beredar.
Akibatnya market capnya masih relatif kecil. Saat ini, market cap Bitcoin 1 Triliun US$ vs Emas 10 Triliun.
Kecilnya market cap membuat fluktuasi harga Bitcoin menjadi sangat volatile. Relatif mudah untuk hanya beberapa pihak menggerakkan pasar Bitcoin.
Kemampuan jaringan Blockchain memproses transaksi masih sangat rendah. Jumlah transaksi per detik di Bitcoin hanya 4.5 an per detik, jauh dibawah Visa yang mampu memproses ribuan transaksi per detik.
Sementara, sebagai alat tukar, Bitcoin harus mampu memproses banyak transaksi dalam waktu cepat. Bayangkan kalau hanya ingin beli kopi, lalu bayar dengan Bitcoin butuh waktu 20 menit.
Kecepatan transaksi atau scalability menjadi isu penting buat Bitcoin. Namun, hal ini menjadi dilema dalam sistem desentralisasi.
Karena sistemnya berbasis komunitas, mau gak mau, setiap transaksi butuh waktu lebih lama untuk semua pihak dalam komunitas setuju. Berbeda dengan sistem sentral yang hanya butuh satu pihak untuk mengatakan ‘yes’.
Jadi disinilah dilemanya, desentralisasi memberikan proteksi keamanan, tetapi memiliki proses yang lambat.
Sedangkan kecepatan transaksi jadi faktor penting dalam adopsi Bitcoin sebagai alat pembayaran. Transaksi keuangan butuh speed
4. Legalitas Bitcoin
Perdagangan aset Kripto sudah diperbolehkan di Indonesia, diatur oleh Bappebti – lembaga pengawas perdagangan berjangka komoditi.
Jual beli cryptocurrency, seperti Bitcoin, telah legal.
Bukankah pemerintah mengumumkan bahwa Bitcoin ilegal?
Yang tidak atau belum boleh di Indonesia adalah menggunakan Bitcoin untuk alat transaksi pembayaran. Di Indonesia masyarakat tidak bisa membeli sesuatu dan membayar dengan Bitcoin.
Jadi, clear soal boleh tidaknya investasi Bitcoin di Indonesia.
Adanya kepastian hukum soal diperbolehkannya perdagangan Bitcoin di Indonesia membuat investasi di aset kripto ini menjadi terlindungi. Mulai banyak perusahaan yang sudah resmi teregulasi menawarkan layanan untuk investasi di aset kripto.
Peraturan jual beli bitcoin sebagai komoditas tertuang dalam:
- Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 99 Tahun 2018 tentang Kebijakan Umum Penyelenggaraan Perdagangan Berjangka Aset Kripto dan
- Peraturan Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi Nomor 5 Tahun 2019 tentang Ketentuan Teknis Penyelenggaraan Pasar Fisik Aset Kripto (Crypto Asset) di Bursa Berjangka. Aturan ini ditandatangani pada 8 Februari 2019.
Sesuai dengan peraturan Bappebti tersebut, jual beli Bitcoin dan mata uang digital lainnya legal di Indonesia. Orang boleh melakukan jual beli melalui pedagang aset kripto.
Bitcoin dan aset kripto lainnya juga diawasi secara ketat oleh Bank Indonesia dan OJK, yang melarang Bitcoin dan mata uang digital lainnya sebagai bentuk pembayaran karena bukan berasal dari industri keuangan.
Bagian penting dalam Peraturan Bappebti adalah soal exchange, tempat di mana investor saat ini melakukan jual, beli, simpan (rupiah atau coin) dan transfer aset kripto. Keamanan dan regulasi exchange menjadi hal yang sangat penting buat investor.
Dalam peraturan Bappebti, pedagang aset kripto adalah exchange Bitcoin, yang saat ini digunakan investor untuk melakukan jual beli aset kripto.
5. Cara Jual Beli Bitcoin
Proses jual beli Bitcoin dilakukan melalui exchange atau bursa. Exchange menyediakan layanan untuk beli, jual, simpan dan transfer aset kripto.
Exchange ini berfungsi seperti marketplace, tempat yang mempertemukan pembeli dan penjual aset kripto. Transaksi aset kripto terjadi antara para member atau pedagang anggota exchange tersebut.
Exchange tidak melakukan jual beli. Perannya hanya menjadi tempat perantara dan akan memungut sejumlah fee, seperti fee jual beli dan penarikkan uang.
Setiap exchange menentukan jenis aset kripto yang bisa diperdagangkan di marketplace mereka, Setiap exchange punya daftar aset kripto yang berbeda – beda.
Berbeda dengan transaksi di bursa saham, yang mana investor harus melewati broker sebagai perantara, sedangkan di exchange bitcoin, transaksi langsung terjadi antara investor. Tidak ada broker perantara dalam transaksi di exchange bitcoin.
Untuk melakukan transaksi aset kripto, investor harus memilih ‘pair’ koin yang akan ditransaksikan. Exchange akan menyediakan berbagai pair di platform.
Pair yang paling umum adalah Bitcoin / Rupiah (BTC/IDR).
Karena transaksi bitcoin terjadi di antara member exchange, harga jual beli bitcoin antar exchange bisa berbeda – beda. Investor bisa memantau setiap saat di internet soal dimana harga bitcoin yang paling bersaing.
Langkah – langkah melakukan transaksi bitcoin atau aset kripto di exchange adalah sebagai berikut:
- Daftar akun di exchange cryptocurrency. Saat ini 13 perusahaan terdaftar resmi di Bappebti.
- Melakukan verifikasi KYC. Isi data, ambil foto selfie dan KTP. Tunggu sampai verifikasi disetujui pihak exchange.
- Melakukan deposit uang ke rekening exchange. Bisa menggunakan berbagai cara, mulai dari transfer bank, e-money hingga setor tunai.
- Menentukan pair aset kripto yang akan ditransaksikan.
- Membeli bitcoin atau aset kripto dengan menggunakan deposit rupiah. Pembelian bisa dilakukan 24/7 antara anggota exchange.
- Menyimpan bitcoin hasil pembelian di wallet, bisa di exchange atau dikelola sendiri.
- Menjual bitcoin dan menerima hasilnya dalam rekening rupiah di exchange. Harus pilih pair bitcoin /rupiah.
- Menarik dana (withdraw) dari exchange ke rekening bank pribadi.
Penyimpanan bitcoin atau aset kripto dilakukan di ‘wallet’. Persis sama ketika kita punya uang, maka disimpan di dompet atau brankas, namun bedanya adalah penyimpanan bitcoin dilakukan secara digital.
Wallet disediakan exchange atau investor bisa punya wallet sendiri. Sama seperti nasabah yang menyimpan uangnya di bank atau di rumah.
Apa yang bisa dilakukan dengan aset kripto bitcoin tersebut?
Pertama, bitcoin disimpan dengan harapan harga bitcoin akan meningkat seiring waktu. Trend harga bitcoin yang meningkat membuat banyak orang masuk, melakukan investasi di koin digital ini.
Kedua, bitcoin dijual untuk mendapatkan keuntungan. Hasil penjualan bisa langsung di transfer ke dalam rupiah ke rekening bank.
Ketiga, bitcoin dikonversi ke koin kripto lainnya, yang mungkin dianggap lebih prospektif. Proses konversi sangat mudah dilakukan karena dieksekusi secara digital.
Keempat, bitcoin digunakan sebagai alat pembayaran. Sudah banyak tempat yang menerima bitcoin. Bahkan baru – baru ini PayPal menerima transaksi dengan bitcoin.
6. Tempat Menyimpan Bitcoin Aman
Sama seperti uang atau emas, tempat penyimpanan aset menjadi hal yang penting. Bagaimana menyimpan aset digital yang aman.
Kita sebagai pemilik Bitcoin memiliki dua keys, yaitu:
- Public Key. Ini adalah alamat publik untuk orang mentransfer Bitcoin. Alamat ini terbuka dan diketahui orang. Ibaratnya seperti no rekening bank.
- Private Key. Ini adalah alamat privat yang tidak boleh diketahui orang dan harus sangat dijaga kerahasiaannya. Ibaratnya PIN di rekening bank.
Bagaimana memastikan private-key kita aman?
Pertama – tama, kita harus pastikan melakukan transaksi di exchange yang resmi karena saat transaksi di exchange maka private dan public key disimpan oleh exchange.
Tentu saja, selalu ada kemungkinan resiko bahwa exchange bisa di hack atau kebobolan sekuritinya. Bisa dicek via Google banyak kejadian exchange kripto yang dibobol oleh hacker, salah satunya paling terkenal adalah kasus exchange Mt. Gox.
Cara yang lebih aman lagi adalah kita memiliki wallet pribadi untuk menyimpan Bitcoin. Jadi, Bitcoin tidak disimpan di exchange, tetapi di wallet pribadi kita.
Setiap kali selesai melakukan transaksi beli di exchange, Bitcoin kita kirim dari exchange ke wallet pribadi yang lebih secured.
Tetapi, saat nanti, kita ingin menjual Bitcoin maka harus mengirimkan Bitcoin dari wallet pribadi ke exchange.
Menyimpan Bitcoin di wallet pribadi, memang, lebih aman dibandingkan di exchange, tetapi akan lebih merepotkan kalau melakukan trading Bitcoin. Biaya transfer dari dan keluar exchange juga cukup besar.
7. Sumber Passive Income
Banyak orang berpikir bahwa Bitcoin dan aset kripto hanya untuk mendatangkan keuntungan jangka pendek lewat trading. Buy Low, Sell High.
Kenyataannya, Bitcoin bisa menghasilkan passive income. Investor tidak perlu trading, bisa mendapatkan cuan secara pasif.
Ada dua cara Bitcoin memberikan passive income:
a. Lending
Sesuai namanya, investor meminjamkan Bitcoin miliknya ke orang lain dan menerima imbalan bunga. Bunganya sangat menarik, bisa diatas 10% setahun.
Proses lending dilakukan lewat platform tertentu. Yang terkenal ada dua, yaitu:
Caranya sangat mudah. Kita tinggal membuka akun di aplikasi lending dan jika sudah, bisa langsung mengirimkan Bitcoin ke platform tersebut.
Setiap minggu, kita akan menerima pembayaran bunga dalam Bitcoin. Bunga ini bisa kita pinjamkan lagi.
Yang perlu diperhatikan dalam Lending adalah resikonya. Karena private key Bitcoin kita serahkan ke platform lending.
b. Staking
Staking adalah bagian dari proses konsensus dalam blockchain. Mekanismenya disebut proof of stake.
Mekanisme konsensus proof of stake tidak dilakukan di Bitcoin, tetapi di alternatif coin, seperti Cardano, Solana dan lain-lain.
Return yang diberikan staking cukup lumayan, bisa 5% atau lebih, tergantung pada masing – masing coin.
Caranya juga mudah. Kita cari exchange yang menyediakan fasilitas staking di coin yang kita miliki. Kita pilih stake melalui exchange tersebut.
Bedanya dengan lending adalah staking relatif lebih aman karena private-key kita tidak dipindahkan ke pihak lain.
8. Banyak Macam Cryptocurrency
Banyak orang yang berpikir bahwa cryptocurrency adalah Bitcoin, Bitcoin adalah crypto. Anggapan bahwa investasi di Crypto adalah hanya investasi di Bitcoin saja, umum terjadi.
Padahal, Bitcoin menguasai 60% pasar crypto di dunia. Sisanya, 40%, dikuasai oleh alternatif coin – sebutan untuk coin diluar Bitcoin.
Alternatif coin menawarkan use cases dan teknologi yang bertujuan memperbaiki dan lebih baik dari Bitcoin.
Bitcoin disebut 1st generation Blockchain, alternatif coin disebut 2nd generation dan bahkan ada yang 3rd generation.
Kalau penggunaan Bitcoin adalah hanya untuk store of value sebagai komoditi, alternatif coin menawarkan berbagai use cases yang lebih luas, seperti smart contract, digital identify, decentralized exchange (dex), database dan lainnya.
Karena itu, buat mereka yang ingin terjun ke investasi di crypto harus mempelajari projek – projek yang ditawarkan alt coin dan melihat mana yang paling prospektif.
Keuntungan terjun ke alt coin:
- Menawarkan keuntungan lebih tinggi karena market cap masih kecil dan baru berkembang.
- Diversifikasi dari Bitcoin karena projek alt coin banyak yang berbeda beda.
Namun, resiko alt coin juga tidak kecil. Karena projeknya masih baru, segala kemungkinan mungkin terjadi.
Selain itu, berinvestasi di alt coin membutuhkan pengetahuan technical untuk memahami use case dan adopsinya dengan baik.
9. Resiko Investasi Bitcoin
Di setiap exchange pada bagian bawah situs, tertulis “Disclaimer: Perdagangan aset krypto memiliki peluang dan resiko yang tinggi. Pastikan Anda menggunakan pertimbangan yang matang dalam membuat keputusan jual dan beli aset Anda. Exchange tidak memaksakan pengguna untuk melakukan transaksi jual beli dan semua keputusan jual beli aset uang digital Anda adalah keputusan Anda sendiri dan tidak dipengaruhi oleh pihak manapun.”
Berikut ini adalah resiko investasi di Bitcoin:
a. Fluktuasi Harga
Fenomena kenaikan nilai tukar bitcoin yang terjadi begitu cepat sekaligus menunjukkan harga bitcoin bisa merosot dengan cepat pula. High Risk High Return adalah karakteristik cryptocurrency.
Fluktuasi harga di Bitcoin bisa tergolong ekstrem. Kenaikan, dan tentu saja penurunannya, luar biasa tajam.
Yang pernah main Bitcoin pernah bercerita bahwa dalam 1 bulan harga Bitcoin bisa melompat 10 x lipat. Itu artinya bisa turun 10 x lipat juga.
Berikut ini trend harga Bitcoin dalam setahun terakhir:

b. Dibobol Hacked
Sistem blockchain-nya memang sangat aman dan transparan. Mekanisme peer to peer membuat proses kontrol di blockchain sangat solid.
Tetapi, yang justru rawan adalah banyak kasus exchange yang di hack. Bisa dicek di internet soal kasus – kasus pembobolan exchange di berbagai negara.
Dan pembobolan tersebut tidak hanya terjadi di exchange kecil, tetapi exchange besar. Exchange yang sudah punya nilai transaksi jutaan dollar setiap harinya pun bisa kena serangan hacker dan mengalami kerugian yang tidak kecil.
c. Tanpa Regulasi
Peraturan soal cryptocurrency masih cukup baru di Indonesia. Meskipun peraturan ini memberikan legalitas yang solid buat perdagangan cryptocurrency di Indonesia, tetapi peraturan tersebut juga membuat sejumlah ketentuan yang bisa menimbulkan risiko bagi nasabah.
Salah satunya adalah ketentuan bahwa exchange berstatus terdaftar sebagai “Calon Pedagang Fisik Aset Kripto”, wajib dalam maksimum 1 tahun mengajukan untuk menjadi “Pedagang Fisik Aset Kripto”. Saat ini, ke-13 perusahaan yang bisa melakukan perdagangan Bitcoin masih berstatus “Calon Pedagang Fisik Aset Kripto”.
Pengajuan izin setelah 1 tahun ini bisa ditolak oleh Bappebti dan jika ditolak maka status terdaftarnya dicabut dan harus mengembalikan atau mentransfer aset kripto anggota ke exchange lain.
Proses penutupan exchange setelah 1 tahun sejak terdaftar bisa menimbulkan kesulitan nasabah. Karena harus mengurus perpindahan aset dan memastikan bahwa exchange yang ditutup memenuhi kewajibannya.
Meskipun resiko cryptocurrency boleh dibilang tidak kecil, tetapi instrumen ini tetap menarik. Menjanjikan alternatif instrumen dengan return yang sangat menarik.
d. Modus Penipuan
Risiko penipuan investasi Bitcoin bukan isapan jempol belaka. Cukup banyak kasus penipuan mengatasnamakan Bitcoin.
Ini terjadi karena popularitas Bitcoin semakin menanjak. Dan ini masih merupakan instrumen yang baru.
Satgas Waspada Investasi OJK mengatakan banyak pihak yang tidak bertanggung jawab memanfaatkan popularitas Bitcoin. Modusnya, orang menawarkan investasi dengan imbal hasil tinggi tanpa resiko untuk mengelabui orang lain.
Pihak Satgas telah menghentikan beberapa modus penipuan berkedok investasi di bidang cryptocurrency.
Salah satu contohnya pada 2015 telah terjadi kasus penipuan oleh seorang warga Amerika Serikat bernama Trendon Shavers. Dia mendirikan perusahaan bursa Bitcoin bernama Bitcoin Saving. Shaver kemudian dinyatakan bersalah karena telah menipu dengan skema Ponzi senilai US$ 150 juta.
e. Lupa Password
Bagaimana kalau punya brankas di rumah untuk menyimpan benda berharga, lalu lupa kombinasi kuncinya? Itu disaster! Brankas tidak bisa dibuka.
Hal yang sama terjadi jika pemilik bitcoin kelupaan PIN/password wallet. Sama, tidak bisa membuka dan menjual Bitcoin karena di wallet tersebut tersimpan private-key yang digunakan untuk mengakses Bitcoin.
Apakah password/PIN yang kelupaan, tidak bisa direset, seperti di aplikasi online banking?
Ini yang yang membedakan Bitcoin dengan rekening di perbankan atau PayPal.
Desain Bitcoin dibuat sedemikian rupa sehingga hanya pemilik saja yang bisa tahu dan mengontrol password wallet serta private-key uang digital ini. Tujuannya supaya tidak ada orang lain, negara atau institusi, yang bisa membuka bitcoin, selain pemiliknya.
Kondisi ini berbeda dengan aplikasi mobile atau akun PayPal, yang mana jika user lupa maka password bisa di reset ulang dengan bantuan bank. Di Bitcoin sekali lupa, sudah gone. Tidak bisa reset ulang.
Pastikan menjaga private – key baik – baik, tidak hanya dari pencurian, tetapi juga jangan sampai lupa akan kombinasi PIN/password wallet. Ingat baik – baik, jangan sampai lupa.
Ini masalah yang kelihatannya sederhana, tetapi punya implikasi yang serius. Koran ternama NYTimes pernah menulis berita soal orang – orang yang kehilangan jutaan dollar karena lupa PIN/password wallet mereka.
f. Salah Kirim Alamat Wallet
Sudah pernah lihat alamat wallet?
Bentuknya alfanumeric yang cukup panjang dan unik. Sulit untuk diingat, berbeda dengan no rekening bank yang cukup singkat, sehingga mudah diingat.
Persoalannya, kalau salah alamat wallet, bitcoin bisa terkirim ke orang yang salah dan tidak bisa di recover lagi. Berbeda dengan salah transfer di bank, yang nasabah mungkin masih bisa minta bank untuk mengembalikan dananya.
Di bitcoin, tidak ada perantara, seperti bank, sehingga setiap transaksi yang sudah terjadi tidak bisa dibatalkan atau dikembalikan lagi. Salah tulis alamat wallet pasti akan terkirim ke orang yang salah dan tidak bisa diapa-apakan lagi.
Makanya, pastikan betul alamat wallet sudah ditulis dengan benar, sebelum melakukan pengiriman bitcoin.
10. Diversifikasi
Investor Bitcoin wajib melakukan diversifikasi. Ada dua jenis diversifikasi:
A. Diversifikasi Aset
Diversifikasi portofolio adalah langkah yang harus dilakukan. Ini sudah jadi patokan bahwa jangan menaruh semua uang di satu instrumen, apalagi yang resikonya sangat tinggi.
Bitcoin sangat menarik sebagai instrumen investasi. Return-nya tinggi, sangat likuid, mudah diperdagangkan dan sangat populer.
Tapi, resikonya juga sangat tinggi. Fluktuasi harga Bitcoin bisa sangat ekstrim.
Bentuk kehati – hatian kita adalah dengan tidak menaruh semua uang di Bitcoin. Taruh sebesar yang kita sanggup untuk kehilangan.
Istilahnya, taruh ‘uang dingin’ di Bitcoin. Siap untuk kehilangan uang ini.
B. Diversifikasi Exchange
Jual beli aset kripto tidak satu exchange, tetapi di beberapa untuk memastikan jika yang satu ada masalah, masih ada exchange yang lain.
Apalagi, ketika Bitcoin yang dimiliki disimpan di wallet milik Exchange. Kita harus betul – betul yakin akan sistem keamanan wallet milik exchange tersebut.
Banyaknya kasus exchange yang kebobolan mengingatkan kita bahwa meskipun sudah banyak tindakan untuk menjaga keamanan exchange dari serangan hacker, tetapi tetap saja terjadi kasus – kasus pembobolan. Daftar exchange yang kebobolan tidak habis, dari 2011 sampai sekarang 2020, ada saja kejadiannya.
Salah satu cara mengatasinya adalah menaruh investasi Bitcoin di beberapa exchange. Tidak terpatok di satu exchange semata.
Belajar Investasi Bitcoin untuk Pemula
Kita tidak bisa tidak pasti melihat Bitcoin. Instrumen investasi ini moncer dibandingkan instrumen lain dalam dua tahun terakhir.
Namun, belajar Bitcoin sangat penting sebelum terjun ke dalamnya. Paling tidak ada 10 poin penting yang wajib dipahami.
Originally posted 2021-07-23 00:00:00.