Saham adalah investasi yang bisa memberikan return terbaik. Sayang, banyak yang gagal karena melakukan kesalahan. Apa kesalahan yang umum dilakukan pemula dalam berinvestasi saham ?
Saham adalah pilihan investasi terbaik di antara berbagai instrumen investasi lain.
- saham memberikan return investasi tertinggi dibandingkan pilihan investasi lain.
- saham sangat mudah dicairkan. Sesuai ketentuan Bursa, dalam waktu 3 hari sejak transaksi, T+3, maka dana hasil penjualan sudah masuk ke rekening investor.
Sekarang, kita perlu kupas kesalahan – kesalahan yang kerap dilakukan mereka yang baru masuk terjun di dunia jual beli saham.
1. Tidak Paham Apa itu Saham
Banyak orang terjun beli saham tetapi tidak paham, apa itu saham. Bagaimana cara kerjanya, apa yang mendorong kinerjanya.
Banyak yang beli hanya karena melihat investasi di saham, untungnya besar. Tanpa betul – betul paham.
Pemahaman apa itu saham, penting, karena dengan paham kita jadi bisa mengambil keputusan investasi yang tepat. Tidak gampang panik, tidak mudah dipengaruhi oleh rumor atau isu yang tidak berdasar.
2. Tidak Pakai Uang Dingin
Kita harus tahu bahwa saham punya resiko yang tidak kecil. Bisa dilihat dari tajamnya fluktuasi harga saham di pasar.
Banyak orang karena dorongan ingin untung cepat, all-in di saham. Semua uangnya dimasukin ke instrumen ini.
Istilahnya tidak pakai uang dingin. Uang sekolah atau belanja bulanan pun diinvestasikan ke saham karena tergiur potensi kenaikkan harga.
Begitu harga turun, yang mana pasti terjadi, panik karena uang yang diinvestasikan perlu segera digunakan. Akhirnya orang harus menjual saham terlalu cepat di saat yang salah.
Yang lebih parah lagi, jangankan untung, uang tersebut tidak bisa kembali, keburu tergerus anjloknya harga. Sekolah anak, rencana keuangan, jadi kena imbas akibat cara investasi saham yang salah.
Penting menggunakan uang dingin. Uang yang tidak dibutuhkan dalam jangka pendek atau uang yang kita siap hilang.
Dengan menggunakan uang dingin, proses investasi menjadi lebih tenang. Kita jadi bisa mengambil keputusan dengan lebih hati – hati, dengan kepala dingin, tidak diburu – buru harus cepat untung. Tidak juga dihantui kekhawatiran bahwa investasi akan rugi.
3. Tidak Diversifikasi Portfolio
Tidak melakukan diversifikasi. Semua uang ditaruh di asset saham.
Mungkin ini karena fenomena FOMO – Fear of Missing Out. Takut ketinggalan kereta, melihat harga saham melonjak dalam waktu singkat dan ingin untung cepat.
Diversifikasi portofolio adalah langkah yang harus dilakukan dalam berinvestasi. Ini sudah jadi patokan bahwa jangan menaruh semua uang di satu instrumen, apalagi yang resikonya sangat tinggi.
Saham sangat menarik sebagai instrumen investasi. Return-nya tinggi, sangat likuid, mudah diperdagangkan dan sangat populer.
Tapi, resikonya juga sangat tinggi. Fluktuasi harga saham bisa sangat ekstrim.
Bentuk kehati – hatian kita adalah dengan tidak menaruh semua uang di Saham. Taruh sebesar yang kita sanggup untuk kehilangan.
4. Ingin Untung Cepat, Tidak Sabar, Jangka Pendek
Kenapa ketidaksabaran jadi sumber masalah ?
Sebenarnya, kesabaran tidak hanya dibutuhkan di saham, tetapi juga di semua instrumen investasi. Alasannya simpel, investasi butuh proses, tidak bisa instant.
Dalam kasus saham, kesabaran lebih dibutuhkan lagi karena bisnis di perusahaan yang sahamnya kita beli, tidak bisa tumbuh secara instan.
Saham merupakan refleksi dari kinerja suatu perusahaan, yang pasti butuh waktu untuk dikembangkan. Tidak bisa cepat.
Kalau saham untung cepat, instan, pasti muncul masalah di belakang hari. Bisa scam, penipuan atau kinerjanya akan bermasalah nantinya.
Masalahnya banyak orang di saham punya semangat ingin get-quick-rich, ingin untung cepat. Inginnya, hari ini beli, besok langsung untung.
Ketidaksabaran dalam investasi membuat kita tidak bisa meraih keuntungan yang maksimal. Begitu harga turun, langsung jual, tidak sabar menunggu harganya kembali naik.
Kita bisa lihat sejarah harga di saham di BEI dalam 20 tahun terakhir.
Dalam 20 tahun terakhir, harga saham di IHSG naik 20 kali lipat. Harganya tidak naik terus, tapi berfluktuasi sangat luar biasa.
Bayangkan, orang yang tidak sabar, pasti sudah akan menjual saham di saat harganya anjlok. Akibatnya, kita tahu, mereka yang tidak sabar, tidak bisa menikmati kenaikan harga saham sampai puluhan kali.
5. Lebih Percaya Rumor daripada Informasi Resmi
Di dunia saham banyak berseliweran informasi. Kita tidak akan kekurangan informasi.
Yang jadi masalah adalah bagaimana memfilter informasi tersebut. Memastikan mana info yang valid, mana yang hoax.
Masalahnya, banyak orang lebih percaya rumor dibandingkan informasi resmi yang dikeluarkan perusahan.
Sumber informasi terbaik adalah Bursa Efek Indonesia (BEI).
BEI atau IDX mewajibkan perusahaan yang sahamnya dijual belikan di bursa saham untuk menyampaikan laporan keuangan, laporan tahunan, corporate action atau pengumuman lain ke publik lewat portal BEI.
Informasi saham di BEI ini tidak hanya valid, resmi tetapi juga gratis.
Jadi, saran saya ke pemula yang akan melakukan analisa fundamental saham gunakan sumber informasi dari BEI sebagai acuan.
6. Mengabaikan Dividen Saham
Dividen banyak diabaikan karena dianggap kecil, uang receh. Orang lebih berharap pada kenaikkan harga, capital gain.
Dividen adalah pembagian keuntungan yang dibagikan oleh perusahaan atas kepemilikan saham. Dividen diberikan setelah mendapat persetujuan dari pemegang saham dalam RUPS.
Jika seorang pemodal ingin mendapatkan dividen, maka pemodal tersebut harus memegang saham tersebut dalam kurun waktu yang relatif lama yaitu hingga kepemilikan saham tersebut berada dalam periode dimana diakui sebagai pemegang saham yang berhak mendapatkan dividen.
Return atau Yield dari dividend saham sangat menarik.
BBRI bisa memberikan yield sampai 50% setahun, sementara PTBA 19% dalam setahun.
Yield adalah return yang diberikan dividen ke pemegang saham. Semakin tinggi semakin baik dan sebaliknya.
Benchmark yield adalah paling tidak sama dengan bunga deposito di bank.
Tentu saja, nilai yield ini akan ditentukan oleh kinerja harga saham. Semakin naik harga saham, dengan nilai dividen saham sama, yield akan turun. Dan sebaliknya.
Tingginya dividend yield merupakan modal penting untuk kita bisa hidup atau pensiun dari dividen saham. Semakin tinggi yield, semakin aman dan berkelanjutan untuk bisa mengandalkan dividen sebagai sumber penghasilan untuk masa pensiun.
7. Tidak Coba Reksadana Saham
Banyak orang ingin main saham tapi tidak punya waktu untuk menganalisa saham. Bahkan ada yang belum paham sama sekali soal saham, sementara pemahaman investasi saham itu penting.
Saran saya, masuk dulu ke Reksadana saham. Jenis reksadana ini menempatkan portofolio di saham dan dikelola oleh Manajer Investasi.
Beberapa manfaat investasi lewat reksadana saham adalah:
- Tidak perlu mengurus sendiri soal investasi saham, cukup serahkan ke manajer investasi yang sudah berpengalaman
- Mendapatkan manfaat diversifikasi portofolio di Reksadana, yang kemungkinan tidak akan kita dapatkan jika membeli saham sendiri
- Minimum investasi di Reksadana sangat terjangkau. Bisa mulai dari Rp 100 ribu
- Belajar secara langsung soal perkembangan dunia saham terkait naik turunnya harga dan kinerja return
8. Tidak Investasi Reksadana Indeks dan ETF Saham
Orang awam pemula yang masih takut – takut, sekarang bisa masuk investasi di pasar saham, cukup dengan beli Reksadana Indeks dan ETF. Instrumen ini memberikan return yang tinggi dengan portofolio yang terdiversifikasi dengan baik.
Berbeda dengan Reksadana Saham, Reksadana Indeks dan ETF punya cara kerja melakukan investasi di saham – saham yang ada di dalam indeks yang menjadi acuan, misalnya IDX30 atau LQ45.
Manajer Investasi di Reksadana Indeks dan ETF tidak perlu aktif melakukan analisa karena daftar saham di suatu indeks sudah ditentukan oleh pihak yang membuat indeks tersebut berdasarkan metodologi tertentu.
Contohnya, ETF LQ45 di BEI atau ETF S&P 500 di NYSE, Manajer Investasi membeli saham mengikuti isi indeks LQ45 atau S&P 500, baik dari nama saham dan jumlahnya.
Selama komposisi saham dalam indeks tidak berubah, Manajer Investasi tidak akan merubah saham dalam ETF.
Makanya Reksadana Indeks dan ETF disebut passive investing.
Apa bedanya Reksadana Indeks dan ETF?
- Kalau Reksadana Indeks, kita pergi ke Manajer Investasi atau agen penjual Reksadana seperti Bareksa, Tanam Duit, Ajaib untuk beli dan jual.
- Kalau ETF, sesuai namanya, exchange traded fund, adalah fund yang diperdagangkan di exchange atau bursa saham, sehingga jual beli ETF dilakukan lewat bursa layaknya seperti jual beli saham.
Keuntungan berinvestasi di Reksadana Indeks dan ETF adalah:
Diversifikasi. Kita bisa melakukan diversifikasi portofolio dengan cukup membeli ETF atau Reksadana Indeks karena isinya adalah berbagai jenis saham sesuai dengan isinya indeks.
Berbeda dengan beli saham yang harus beli satu – satu perusahaan, kita cukup beli satu ETF dan itu artinya sudah beli berbagai saham perusahaan yang menjadi komposisi ETF tersebut.
Fee ETF dan RD Indeks Murah. Manajer Investasi di ETF mengelola investasi secara pasif. Pasif artinya Manajer Investasi membeli saham mengikuti komposisi indeks yang mereka gunakan sebagai acuan ETF.
Karena ETF dan Reksadana Indeks itu passive investing dengan menggunakan Indeks sebagai acuan, biaya investasi mereka menjadi sangat murah.
Dengan biaya yang murah, ETF dan Reksadana Indeks bisa mendatangkan net return atau keuntungan bersih lebih tinggi dibandingkan Reksadana pada umumnya, yang aktif bertransaksi.