Asuransi jiwa itu sangat penting dalam perencanaan keuangan keluarga. Tapi banyak yang salah saat membeli asuransi jiwa. Akibatnya, premi jadi mahal, manfaat tidak optimal.
Apa kesalahan dalam membeli asuransi jiwa dan bagaimana menghindarinya?
Apa itu Asuransi Jiwa

Apa itu Asuransi?
Asuransi memberikan proteksi atau perlindungan terhadap kemungkinan resiko yang kita hadapi.
Salah satunya adalah resiko musibah yang mungkin menimpa keluarga, yang kemudian di cover dengan asuransi jiwa.
Apa pengertian asuransi jiwa?
Asuransi jiwa melakukan transfer resiko kematian dari yang kita hadapi ke perusahaan asuransi yang akan memberikan penggantian jika pihak yang diasuransikan mengalami musibah.
Manfaat asuransi jiwa adalah memberikan ketenangan menghadapi resiko dan ketidakpastian dalam hidup.
Secara lebih jelas, Undang Undang Perasuransian No 40 2014 menetapkan definisi asuransi sebagai berikut:
Asuransi adalah perjanjian antara dua pihak, yaitu perusahaan asuransi dan pemegang polis, yang menjadi dasar bagi penerimaan premi oleh perusahaan asuransi sebagai imbalan untuk:
a. memberikan penggantian kepada tertanggung atau pemegang polis karena kerugian, kerusakan, biaya yang timbul, kehilangan keuntungan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin diderita tertanggung atau pemegang polis karena terjadinya suatu peristiwa yang tidak pasti; atau
b. memberikan pembayaran yang didasarkan pada meninggalnya tertanggung atau pembayaran yang didasarkan pada hidupnya tertanggung dengan manfaat yang besarnya telah ditetapkan dan/atau didasarkan pada hasil pengelolaan dana.
Terkait asuransi jiwa, UU No 40 2014 tersebut menyebutkan pengertian asuransi jiwa sebagai berikut:
Usaha Asuransi Jiwa adalah usaha yang menyelenggarakan jasa penanggulangan risiko yang memberikan pembayaran kepada pemegang polis, tertanggung, atau pihak lain yang berhak dalam hal tertanggung meninggal dunia atau tetap hidup, atau pembayaran lain kepada pemegang polis, tertanggung, atau pihak lain yang berhak pada waktu tertentu yang diatur dalam perjanjian, yang besarnya telah ditetapkan dan/atau didasarkan pada hasil pengelolaan dana.
Sementara itu, ada pihak lain yang tidak kalah penting dalam perjanjian asuransi, yaitu: Pemegang Polis dan Tertanggung, yang menurut UU Perasuransian No 40 2014, didefinisikan sebagai berikut:
Pemegang Polis adalah Pihak yang mengikatkan diri . berdasarkan perjanjian dengan Perusahaan Asuransi, Perusahaan Asuransi Syariah, perusahaan reasuransi, atau perusahaan reasuransi syariah untuk mendapatkan pelindungan atau pengelolaan atas risiko bagi dirinya, tertanggung, atau peserta lain.
Tertanggung adalah Pihak yang menghadapi risiko sebagaimana diatur dalam perjanjian Asuransi atau perjanjian reasuransi.
Kesalahan Saat Membeli Asuransi Jiwa
Apa 6 kesalahan ketika membeli asuransi jiwa?
- Uang Pertanggungan Asuransi Jiwa Terlalu Kecil
- Fokusnya Investasi, Bukan Proteksi Jiwa
- Tidak Semua Butuh Asuransi Jiwa Saat Ini
- Salah Tertanggung di Polis
- Belum Perlu Unit Link
- Membeli Asuransi Tambahan yang Tidak Dipahami
Mari kita bahas satu persatu kesalahan dalam beli asuransi jiwa tersebut.
#1 Uang Pertanggungan Asuransi Jiwa Kecil
Berapa uang pertanggungan (UP) asuransi jiwa Anda? Anda ingat?
Banyak yang tidak ingat atau bahkan tidak tahu. Padahal UP sangat penting.
UP adalah alasan beli asuransi jiwa karena itu adalah manfaat yang dibayarkan perusahaan asuransi jika tertanggung (misal suami atau istri pencari nafkah) meninggal dunia.
That’s the reason, you’re buying insurance.
Masalahnya, banyak yang beranggapan bahwa UP asuransi jiwa yang mereka beli sudah besar, walaupun kenyataannya tidak.
Misalnya uang pertanggungan Rp 200 juta. Uang itu menurut Anda cukup banyak saat ini karena uang sebesar itu tidak ada di tabungan Anda sekarang.
Tapi,kenyataannya jumlah 200 juta itu kecil untuk sebuah proteksi asuransi jiwa. Kenapa?
- andai biaya hidup keluarga Anda sekarang Rp 10 juta per bulan, artinya uang pertanggungan itu hanya mencukupi buat keluarga yang ditinggalkan untuk bertahan hidup kurang dari 2 tahun.
- setiap tahun biaya hidup naik mengikuti inflasi yang 6 – 7%, sehingga uang pertanggungan yang nilainya Rp 200 juta, dalam 2 tahun nilai riilnya atau daya belinya turun menjadi Rp 178 juta karena harga barang yang naik. Semakin bertambah tahun, daya beli uang pertanggungan makin menurun.
Oleh karena itu nilai pertanggungan UP amat penting. Nilainya harus memadai.
Cara menghitungnya mudah.
Estimasinya adalah nilai UP dikali 1% sama dengan biaya hidup per bulan. Jadi, jika saat ini biaya hidup 10 juta sebulan, UP minimum adalah Rp 1 M.
Nilai UP harus terus dievaluasi agar sesuai dengan kenaikkan biaya hidup dan inflasi harga.
#2 Fokus Investasi, Bukan Proteksi Jiwa
Cukup sering saya melihat orang punya asuransi jiwa, tapi fokusnya pada nilai investasinya, bukan pada proteksinya.
“Berapa uang yang saya terima jika tidak klaim“, adalah pertanyaan yang kerap muncul, yang sebenarnya menunjukkan fokus pada investasi.
Besarnya nilai proteksi uang pertanggungan tidak terlalu digubris. Apakah UP akan cukup atau tidak untuk melindungi keluarga.
Memang betul bahwa nilai investasi akan ditambahkan ke uang pertanggungan jika tertanggung meninggal dunia.
Tapi terkait nilai investasi, kita harus ingat bahwa
- Kinerja investasi itu tidak pasti, berfluktuasi tergantung kondisi pasar dan instrumen yang dipilih.
- Dalam asuransi jiwa unit link, nilai investasi banyak dipotong untuk membayar biaya asuransi. Apalagi, jika Anda memilih pembayaran pendek hanya 10 tahun (dikenal istilah ‘cuti premi’), maka nilai investasi Anda akan dipotong untuk membayar biaya asuransi selama Anda cuti premi. Dengan begitu, nilai investasi jadi makin kecil karena banyak potongannya.
Jadi, walaupun ada nilai investasi yang bisa menambah uang pertanggungan, jumlahnya tidak pasti. Jangan mengandalkan hasil investasi untuk proteksi asuransi jiwa.
Anda harus fokus pada nilai UP dalam asuransi jiwa. Karena UP dijamin oleh perusahaan asuransi akan dibayarkan ketika tertanggung mengalami musibah.
Anda wajib memastikan bawah nilai uang pertanggungan cukup besar untuk melindungi keluarga.
#3 Tidak Semua Butuh Asuransi Jiwa Saat Ini
Kita pahami dulu tujuan membeli asuransi jiwa, yaitu memberikan manfaat (uang pertanggungan ) kepada ahli waris jika tertanggung utama meninggal dunia.
Artinya, ada orang yang hidupnya tergantung pada Anda secara keuangan, yang jika Anda meninggal dunia, mereka kehilangan sumber penghasilan, sehingga dibutuhkan proteksi keuangan dari asuransi jiwa.
Dengan kata lain, kalau belum ada orang yang hidupnya tergantung pada Anda secara finansial, no point punya asuransi. Karena jika tertanggung mengalami musibah meninggal tidak ada keluarga atau orang yang sumber penghasilannya terganggu.
Siapa contohnya mereka yang belum butuh asuransi?
Fresh graduate yang baru masuk kerja, belum punya tanggungan. Lajang yang masih hidup sendiri dan tidak ada tanggungan.
Buat saya, jika belum perlu, kenapa harus beli sekarang. Eman – eman uangnya.
Lebih baik uang untuk bayar premi asuransi di re-alokasikan ke hal lain yang lebih penting. Salah satunya adalah memiliki Dana Pensiun.
Sudah punya tanggungan atau belum, it doesn’t matter, Anda pasti membutuhkan uang untuk pensiun. Itu kebutuhan primer kita semua.
“Ah, nanti saja dana pensiun, masih lama cuy…”.
Menurut survei Manulife Investor Sentiment Index, jumlah masyarakat Indonesia yang memiliki dana pensiun masih amat minim.
Kebanyakan belum punya, atau kalaupun sudah, mengandalkan pensiun dari tempat bekerja yang jumlahnya tidak memadai dibandingkan kebutuhan biaya hidup saat tua nanti.
Karena tidak punya dana pensiun, masih menurut survei, masyarakat mengandalkan anak saat pensiun. “Banyak anak, banyak rejeki”.
#4 Salah Tertanggung di Polis
Dalam polis asuransi jiwa, tertanggung adalah pihak, yang jika dia meninggal dunia, maka perusahaan asuransi akan membayar uang pertanggungan.
Penetapan tertanggung seringkali salah.
Misalnya, anak ditetapkan sebagai tertanggung; istri yang tidak bekerja sebagai tertanggung.
Baik anak maupun istri yang tidak bekerja tidak memiliki risiko keuangan buat keluarga karena jika mereka mengalami musibah tidak ada sumber penghasilan yang hilang. Karena mereka tidak memberikan penghasilan di keluarga.
Tertanggung adalah pihak yang merupakan sumber penghasilan buat keluarga. Bisa suami bisa istri, selama mereka memberikan penghasilan.
Idealnya punya dua asuransi jiwa untuk suami maupun untuk istri yang sama – sama bekerja.
Jika gaji istri lebih besar, beliau yang seharusnya lebih dulu punya asuransi. Bukan suami.
Pilih yang penghasilannya paling besar karena dialah yang punya risiko keuangan paling besar.
#5 Belum Perlu Unit Link
Apakah saya menentang unit link? Sama sekali tidak.
Unit – Link adalah salah satu produk yang memiliki manfaat bagi masyarakat.
Tapi, berdasarkan obervasi termasuk memperhatikan pertanyaan serta komentar di blog, saya menemukan banyak orang yang punya asuransi plus investasi, yaitu unit-link, walaupun mereka sebenarnya belum membutuhkan jenis asuransi ini.
Kenapa orang ini belum membutuhkan Unit Link? Ada dua kondisi.
Pertama, mereka sudah aktif berinvestasi, misalnya emas, reksadana atau properti. Mereka akan lebih efisien (lebih murah) membeli investasi langsung ketimbang lewat perantara.
Dalam unit – link, investasi dilakukan lewat perantara, yaitu perusahaan asuransi, yang implikasinya ada biaya tambahan untuk jasa perantara tersebut.
Ambil contoh, biaya top-up.
Di unit link, secara umum, top up dikenakan biaya 5%, kapan pun melakukannya. Artinya menempatkan 1 juta rupiah, yang akan benar – benar diinvestasikan hanya Rp 950 ribu, karena rp 50 ribu disetor ke asuransi sebagai biaya top up.
Biaya top up gratis jika melakukan investasi langsung (tanpa via asuransi), misalnya melalui penjualan Reksadana Online.
Misalnya di IPOTFUND, sebuah supermarket Reksadana Online, biaya top up itu free. Nasabah bisa jual beli Reksadana dengan mudah dan tanpa dipungut biaya untuk setiap transaksinya.
Karena itu, saya menyarankan bagi mereka yang sudah punya investasi lebih baik lanjutkan investasinya. Daripada ambil via perantara, ada tambahan biaya yang akan mengurangi dana investasi Anda.
Bagaimana jika butuh asuransi? Bukankah sangat convenient punya produk asuransi dan investasi.
Jika sudah ada investasi, sementara hanya butuh asuransi, Anda bisa beli asuransi murni yang tidak ada embel-embel investasinya.
Premi asuransi murni (term life) lebih murah dengan nilai pertanggungan yang tinggi. Anda akan mendapatkan manfaat yang lebih optimal.
Kedua, anak muda masih single (tidak ada tanggungan keluarga atau orang tua) yang sudah punya asuransi jiwa unit-link dengan premi bulanan cukup besar (terhadap gaji mereka), padahal mereka ini sebenarnya belum butuh asuransi jiwa karena tidak ada keluarga yang secara finansial tergantung pada penghasilan mereka.
Saya tanya ke mereka, ”kenapa beli asuransi?” mereka bilang, “kami butuh investasi. Asuransi ini hanya bonus”.
Jadi yang mereka butuhkan sebenarnya bukan asuransi tapi investasi.
Kalau belum perlu, kenapa harus beli.
Karena beli produk ini ada ongkosnya, ada premi yang harus dibayar tiap bulan.
Bukankah lebih baik, premi itu direalokasi ke investasi semua (100%) dibandingkan sebagian ke investasi dan sebagian ke asuransi.
Bayangkan, setiap bulan Anda membayar Rp 500 ribu untuk membayar premi asuransi plus investasi.
Uang rp 500 ribu itu sebagian digunakan untuk membayar premi asuransi dulu dan sisanya untuk investasi. Mana yang hasil investasinya lebih besar dibandingkan rp 500 ribu itu diinvestasikan sekaligus (tidak ada yang untuk bayar premi asuransi). Tentu saja, yang 100% investasi, tidak dibagi dengan bayar premi asuransi.
#6 Membeli Asuransi Tambahan yang Tidak Dipahami
Rider atau asuransi tambahan banyak dibeli oleh nasabah.
Tapi saat ditanya, apakah paham manfaat rider tersebut, jawabannya tidak. Mengambil asuransi tambahan itu ada biayanya karena Anda membayar premi lebih mahal.
Jadi, sebaiknya Anda tahu sebelum memutuskan membelinya.
Saya temui beberapa hal, antara lain:
Pertama, mengambil rider asuransi kesehatan padahal dari kantor sudah ada fasilitas asuransi kesehatan swasta yang cukup bagus. Alasannya antara lain, bisa mendapatkan fresh money dari double-claim atau bisa naik ke kelas kamar yang lebih mahal ketika rawat inap.
Membeli rider ada cost-nya (tidak gratis), yaitu premi lebih mahal dan nilai pertanggungan asuransi jiwa lebih kecil (karena porsi premi terpotong untuk membayar biaya rider).
Jadi pastikan Anda butuh rider tersebut baru membelinya.
Jika ridernya belum dibutuhkan, sebaiknya tidak perlu diambil. Uangnya lebih baik dialokasikan untuk meningkatkan uang pertanggungan asuransi jiwa atau untuk menambah investasi diluar asuransi.
Kedua, mengambil rider asuransi penyakit kritis, dengan harapan bahwa ketika amit-amit terserang sakit serius biaya pengobatannya ditanggung oleh asuransi. Asumsi Anda yang beli asuransi penyakit kritis adalah jenis ini sama dengan asuransi kesehatan yang memberikan penggantian biaya pengobatan.
Kenyataannya, asuransi penyakit kritis tidak bekerja seperti itu.
Asuransi penyakit kritis mengganti setelah tertanggung didiagnosa penyakit pada tingkat kritis. Definisi kritis bisa dilihat di polis.
Contohnya, gagal ginjal, yang baru diganti jika kedua ginjal bermasalah. Tumor atau kanker baru diganti jika sudah masuk tingkat ganas.
Jadi setelah parah atau kritis baru asuransi penyakit kritis membayar uang pertanggungan. Asuransi penyakit kritis tidak mengganti biaya pengobatan layaknya asuransi kesehatan.
Apakah masih perlu mengambil rider asuransi penyakit kritis? Mungkin ya. Mungkin juga tidak. Preminya jelas tidak murah.
Tapi yang paling penting, sebelum mengambil, pahami dulu dengan benar pengertian rider tersebut. Jangan sampai ketika kejadian baru kecewa karena melihat hal yang diganti oleh perusahaan asuransi tidak sesuai dengan ekspektasi saat membeli dulu.
Kesimpulan
Anda harus punya asuransi jiwa dulu, baru punya gadget atau smartphone terbaru. Karena asuransi adalah bukti Anda cinta keluarga. Gadget atau smartphone tidak.
Premi asuransi dipersepsikan mahal. Kenyataannya tidak. Mulai dengan Rp 400rb sebulan, Anda bisa mendapatkan proteksi asuransi jiwa dengan UP cukup tinggi.
Asalkan, Anda bisa memilih asuransi yang tepat. Salah satu caranya adalah tidak melakukan 5 kesalahan fatal yang saya uraikan diatas.
Segera beli asuransi untuk keamanan dan ketenangan keluarga Anda.
Baca lain penting: