Bagaimana Cara Mengatur Keuangan Rumah Tangga Setelah Hadirnya Anak

Kehadiran anak adalah momen penting dalam keluarga. Lebih dari itu, selain kebahagiaan, hadirnya buah hati punya implikasi yang tidak kecil terhadap keuangan. Perlu cara mengatur keuangan rumah tangga yang berbeda setelah kehadiran buah hati.

Ketika anak saya lahir, banyak persiapan yang kami lakukan, saya dan istri, sejak jauh – jauh hari. Mulai dari kunjungan rutin ke dokter, memilih rumah sakit untuk melahirkan, membeli perlengkapan bayi sampai mencari baby sitter.

Maklum, kehadiran buah hati sudah dinanti cukup lama, sehingga prosesnya kami lalui dengan exciting. Semua persiapan yang kami anggap penting sudah coba dilakukan.

Namun, ada hal yang sebenarnya penting, tetapi luput dari perhatian. Apa itu?

Kami tidak mengelola keuangan keluarga secara benar saat menyambut kehadiran si kecil. Cara mengatur keuangan rumah tangga masih sama dengan saat belum punya anak.

Mungkin karena kami tidak tahu, tetapi mungkin juga karena cuek, menganggap itu tidak penting.

Akibatnya?

Di bulan pertama kelahiran, keuangan kami jebol. Sebelumnya, kami bisa menyisihkan investasi secara rutin. pada bulan itu, bukan hanya investasi rutin yang gagal, bahkan pengeluaran lebih besar dari pengeluaran.

Keuangan minus. Kami terpaksa harus mencairkan simpanan.

Awalnya, saya berpikir ini hanya gejala sesaat karena banyaknya kebutuhan pada bulan awal. Nyatanya tidak.

Kondisi ini terus berlangsung selama 6 bulan berturut – turut tanpa bisa direm.

Akhirnya, demi menghentikan bleeding keuangan ini, saya putuskan melihat dan menganalisa ulang semua pengeluaran. Pengeluaran satu bulan saya catat setiap hari (simak caranya di tulisan Mengelola Pengeluaran Keluarga).

Setelah dilakukan analisa, ketemulah sejumlah pokok masalahnya, yaitu:

  • Terjadi lonjakan pengeluaran. Pengeluaran naik hampir 2 kali lipat. Biaya – biaya yang selama ini tidak ada, muncul dalam jumlah besar. Misalnya, gaji baby sitter, pengeluaran makanan dan minuman bayi, serta kebutuhan sandang.  Biaya lain untuk kepentingan masa depan anak juga tidak kecil. Ada investasi pendidikan dan asuransi. Ini semua membuat akumulasi pengeluaran meningkat berlipat. Saya tahu bahwa pengeluaran akan naik, tetapi tidak antisipasi bahwa kenaikannya setinggi ini.
  • Pola pengeluaran kami tidak berubah. Saya dan istri masih punya pola konsumsi yang sama dengan ketika belum punya anak. Jajan di tempat yang sama, gaya belanja yang sama saat weekend dan lain – lain.

Akibatnya sudah jelas, bukan? Dengan gaji kami yang masih sama, sementara ada lonjakan pengeluaran karena kebutuhan anak sedangkan pola pengeluaran lama tidak berubah, tidaklah mengherankan, keuangan rumah tangga menjadi defisit setiap bulannya.

Setelah kejadian ini ditambah sejumlah referensi yang saya simak, kesimpulannya satu bahwa  cara mengatur keuangan keluarga itu berbeda.

Mengelola keuangan saat belum punya anak tidak bisa lagi diterapkan. Perlu menerapkan cara yang berbeda.

Cara Manajemen Keuangan Rumah Tangga 

Apa yang perlu dipersiapkan dengan hadirnya anak?

Ini penting. Setelah paham apa saja konsekuensi keuangannya , baru Anda dapat membuat strategi mengelola keuangan yang tepat sasaran.

Saya menemui banyak teman yang tidak tahu, apa saja konsekuensi keuangan hadirnya tambahan anggota keluarga di rumah. Kalaupun tahu, hanya sepotong – sepotong, tidak komprehensif.

Tidak heran persiapan dari sisi keuangan jadi kacau – balau.

Saya mencatat sejumlah hal yang perlu diantisipasi:

1. Waspada Meningkatnya Pengeluaran

Muncul banyak biaya tambahan yang selama ini tidak ada, seperti sandang dan pangan anak, hadirnya pembantu atau baby sitter dan lain – lain, yang mempengaruhi pengeluaran rumah tangga.

Apalagi, excited-nya punya anak, anak pertama lagi, membuat orang tua ingin selalu memberikan yang terbaik. Masalahnya, yang terbaik itu, jarang yang murah, biasanya harganya mahal. Ujungnya, pengeluaran bulanan jadi gak kira – kira.

Tantangannya adalah menentukan berapa kenaikan yang masih masuk akal. Bisa sangat subjektif. Karena pola konsumsi masing – masing orang tua berbeda – beda, begitu pula kemampuan keuangan menyokong pengeluaran tambahan tersebut.

2. Mulai Investasi untuk Pendidikan Anak

Biaya pendidikan anak adalah hal yang harus dipersiapkan jauh – jauh hari. Ada alokasi tambahan dari pengeluaran bulanan untuk kebutuhan investasi pendidikan. Untuk itu, sejumlah langkah perlu dilakukan.

  • Menentukan berapa jumlah dana pendidikan. Lakukan survei biaya sekolah mulai dari TK, SD, SMP, SMA dan bahkan sampai Universitas.  Kemudian, menentukan kenaikan biaya pendidikan (simak disini Prakiraan Berapa Kenaikan Biaya Pendidikan per tahun). Dari sini Anda dapat menghitung estimasi total biaya untuk masing – masing jenjang.
  • Memilih instrumen keuangan untuk mencapai target dana pendidikan. Pilih instrumen yang memberikan tingkat keuntungan yang mampu mencapai target tersebut.

Jika dirasa masih berat menyisihkan dana pendidikan, perlu buat prioritas. Saran saya mulailah dari yang paling dekat, misalnya kebutuhan masuk TK atau SD. Itu yang paling urgent.

Namun, kebutuhan pendidikan jenjang yang lain jangan sampai dilupakan. Karena prinsipnya makin panjang kita mempersiapkan, makin ringan dana yang harus disisihkan.

Kuncinya terletak dalam pemilihan instrumen investasi yang tepat. Untuk yang jangka panjang, diatas 5 tahun, saya menyarankan menempatkan di reksadana saham (simak dan unduh GRATIS Panduan Investasi Reksadana disini). Sementara, tujuan jangka pendek bisa dengan emas (baca Cara Investasi Emas), reksadana pasar uang atau reksadana campuran.

Intinya, return yang diberikan bisa mengimbangi kenaikan biaya setiap tahun. Bagaimana dengan tabungan pendidikan?

Saya tidak terlalu menyarankan, simak penjelasannya disini.

3. Menambah Dana Darurat

Punya anak artinya tanggungjawab yang besar sebagai orang tua. Jika terjadi sesuatu yang tidak menyenangkan, sebisa mungkin dampaknya ke anak, terutama hal yang esensial, seperti pendidikan dan kesehatan, minimal. Salah satu caranya adalah punya dana darurat.

Kalau sebelum punya anak, dana darurat mungkin tidak jadi prioritas. Sekarang dengan adanya tanggungan, dana darurat menjadi komponen yang wajib.

Bukankah sudah ada asuransi? Berbeda tujuannya.

Dana ini digunakan untuk hal – hal yang tidak terlindungi oleh proteksi asuransi. Misalnya, kehilangan pekerjaan atau penghasilan menurun. Jika investasi yang sudah Anda persiapkan merosot, sehingga tidak ada cukup dana, dana darurat dapat digunakan sebagai emergency fund.

Misalnya, tahun 2008, pasar anjlok, harga saham turun ke dasar. Dalam situasi ini, dana darurat dapat menyelamatkan keuangan Anda karena ia ditempatkan dalam instrumen yang relatif aman. Nanti setelah pasar saham sudah pulih (simak trend pasar saham yang kembali pulih), Anda bisa mengembalikan dana darurat yang sebelumnya sudah ditarik.

Jumlah dana darurat yang disarankan untuk keluarga dengan satu anak adalah 6 sampai 9 kali pengeluaran bulanan. Misal, pengeluaran (setelah punya anak) Rp 10 juta, maka dana darurat minimal Rp 60 juta.

Makin banyak anggota keluarga, makin besar pengeluaran, alokasi dana darurat harus makin tinggi.

Dana darurat ditempatkan dalam instrumen keuangan yang mudah dicairkan dan risikonya kecil. Tujuannya bukan mencari tingkat keuntungan tetapi lebih kepada keamanan dan kemudahan di akses.

Instrumen yang bisa dipilih untuk dana darurat antara lain deposito, tabungan rencana dengan bunga diatas tabungan biasa, emas atau reksadana pasar uang.

Bagi yang belum memiliki alokasi ini sebelumnya, tuntutan dana sebesar itu biasanya terasa memberatkan. Saran saya, meskipun mungkin belum bisa sesuai target, yang paling penting adalah memulainya. Pelan – pelan seiring kemampuan keuangan rumah tangga yang membaik, nanti jumlahnya ditingkatkan.

4. Segera Membeli Asuransi Jiwa

Setelah ada anak, kepemilikan asuransi jiwa menjadi wajib. Kenapa? Ini bentuk tanggungjawab orang tua kepada anak. Jika orang tua meninggal dunia, anak memiliki proteksi secara finansial. Asuransi yang akan memberikan dana pertanggungan bagi kehidupan anak.

Perlu diperhitungkan dengan matang berapa nilai pertanggungan asuransi jiwa yang memadai. Idealnya, dana proteksi asuransi tersebut cukup membiayai kehidupan anak sampai dewasa.

Kebutuhan proteksi harus disandingkan dengan kemampuan membayar premi. Makin besar pertanggungan, makin besar premi yang harus dibayar.

Upayakan memilih asuransi yang memang sesuai dengan tujuan keuangan. Karena tujuannya adalah proteksi, optimalkan jumlah uang pertanggungan. Pastikan jumlahnya memadai.

Salah satu jenis yang bisa dipertimbangkan adalah asuransi term-life (apa itu Asuransi Term-Life simak disini) atau asuransi murni karena memberikan nilai proteksi yang optimal dengan premi yang relatif terjangkau.

Jika punya asuransi Unit Link atau sedang memikirkan mau mengambil unit link, baca evaluasi lengkap di Apa itu Unit Link – Manfaat dan Risikonya.
 

asuransi term-life

Mengelola Keuangan agar Tidak Boros (Gaji 3 Juta – 2 Juta)

Dari uraian diatas, konsekuensinya jelas, yaitu naiknya pengeluaran. Banyak biaya dan alokasi investasi demi menunjang hidup buah hati. Sementara, di sisi lain, kita tahu pendapatan atau gaji belum tentu naik. Kalaupun naik, kenaikan dilakukan setahun sekali dan diakhir tahun.

Bagaimana tips mengatur keuangan keluarga dalam situasi begini?

1. Membuat Prioritas dan Anggaran Pengeluaran

Dalam kondisi keterbatasan sumber daya, membuat prioritas adalah langkah yang perlu dilakukan. Menetapkan mana yang harus didahulukan, mana yang harus ditunda atau bahkan tidak dilakukan sama sekali.

Namun, yang lebih penting lagi, ketika membuat prioritas, Anda secara tidak langsung dipaksa melakukan evaluasi atas pola pengeluaran keluarga. Yang mana mungkin evaluasi ini tidak pernah Anda  lakukan sebelumnya.

Langkah menyusun prioritas dan anggaran rumah tangga adalah sebagai berikut:

Pertama, hitung pengeluaran dalam satu bulan. Catat semua pengeluaran dalam sebulan, makin detil makin baik, jangan ada yang terlewatkan.

Pengalaman saya, banyak pengeluaran yang jumlahnya kecil – kecil seringkali kita abaikan sehingga tidak termonitor. Padahal, pengeluaran yang tampaknya kecil ini jika dijumlahkan dalam satu bulan jumlahnya besar.

Cukup satu bulan mencatatnya, tetapi diusahakan selengkap mungkin. Supaya Anda dapat gambaran yang komplit dan jelas.

Hasilnya, seluruh pengeluaran bulanan terurai gamblang sehingga Anda jadi tahu mana yang tidak penting tetapi menghabiskan banyak biaya, mana yang bisa dihemat dan lain – lain.

Misalnya, ketika melakukan ini, saya jadi tahu bahwa uang untuk ngopi dan ngemil, yang sepertinya kecil jika dilihat setiap hari, nyatanya menghabiskan jumlah yang tidak kecil dalam satu bulan.

Banyak insights dari sini soal pola Anda berkonsumsi dan bagaimana gaya hidup yang dijalani. Umumnya, kita tidak pernah melakukan evaluasi terhadap pengeluaran, semuanya berjalan secara otomatis, apalagi terhadap hal terkait anak. Tidak sadar bahwa pengeluaran sudah tidak terkendali.

Kedua, berdasarkan catatan pengeluaran, susun prioritas dan anggaran untuk mengatur masing – masing pengeluaran yang disesuaikan dengan kemampuan keuangan kita. Tentukan mana yang hendak kita dahulukan, mana yang tidak terlalu penting.

Kuncinya, prioritas dan anggaran harus disusun dan diputuskan bersama dalam keluarga. Semuanya harus sepakat. Dengan begitu, muncul komitmen untuk menjalankannya.

Orang tua seringkali emosional, terutama waktu punya anak pertama. Anggapannya karena ini untuk anak, berapa pun biayanya bisa dijustifikasi. Menghadapi tantangan emosional semacam ini, prioritas dan anggaran menjadi alat kontrol yang menurut pengalaman saya cukup efektif.

2. Bijak Mengelola Pengeluaran (Perlu Rincian Bulanan)

Bahasa lugasnya, Anda harus berhemat.

Bisa dilakukan dengan berbagai cara. Mulai dari yang mudah sampai dengan yang sulit.

Pertama, mengurangi pengeluaran Anda dan pasangan. Mulai dari yang paling konsumtif dan tidak penting. Gunakan catatan pengeluaran untuk melihat mana konsumsi yang bisa dikurangi atau bahkan dihilangkan.

Pengamatan saya, penghematan sandang dan pangan yang berbau life-style yang paling signifikan. Misalnya, jalan akhir pekan ke mall bisa dikurangi dari biasanya setiap pekan menjadi dua atau tiga pekan sekali. Ngopi yang selama ini di coffee shop ternama dihemat dengan bikin kopi sendiri di kantor atau cari tempat yang lebih murah.

Kalau sudah niat, biasanya ada saja jalannya.

Yang penting, kurangi dulu konsumsi life-style. Karena dampaknya buat Anda tidak besar dan umumnya bukan hal penting karena lebih untuk tujuan pleasure.

Sebisa mungkin jangan mengurangi pengeluaran essensial, seperti investasi dan menabung. Kalau investasi sampai dikurangi, sementara konsumsi life-style dibiarkan, dampaknya negatif buat kehidupan Anda di masa depan.

Saya bertemu banyak orang yang lebih dulu memangkas investasi, sementara pengeluaran life-style tetap dipertahankan. Bukan pilihan yang bijak dalam mengelola keuangan rumah tangga.

Kedua, sediakan kebutuhan anak yang sesuai kemampuan. Ada banyak alternatif kualitas dan harga di pasar. Yang penting, boleh dengan kualitas terbaik (harga mahal). Namun yang tidak penting sebaiknya pilih dengan harga lebih terjangkau.

Jangan mudah terbawa emosi. Banyak hal – hal yang sebenarnya bisa dihemat.

Ambil contoh. Dibawah usia lima tahun, anak tumbuh sangat cepat, sehingga pakaian mudah berganti. Apa perlu pakaian berharga mahal? Mungkin perlu tetapi tidak perlu semuanya. Kalau ada pakaian dari anak lebih tua yang masih pantas pakai, bisa diserahkan untuk adiknya.

Begitu pula dengan mainan. Apakah harus yang harga dan kualitasnya selangit? Saat ini sudah ada pihak yang menyewakan mainan anak – anak. Bisnis ini lahir dari fakta bahwa anak – anak cepat bosan dengan mainannya.

Di dalam bukunya, “Make It Happen”, perencana keuangan Prita Ghozie (baca profil beliau disini), menyajikan fakta menarik. Menurut beliau, Air Susu Ibu (ASI) tidak hanya baik secara kesehatan, tetapi juga baik buat keuangan keluarga.

Dalam buku tersebut, Prita menunjukkan dengan hitungan angka – angka, bagaimana ASI bisa lebih menghemat dibandingkan susu formula (sufor). Ini inspirasi berhemat, yang menarik dan pantas dipertimbangkan dalam manajemen keuangan keluarga.

Salah satu cara mengelola pengeluaran berobat di rumah sakit adalah menggunakan asuransi kesehatan.

Simak artikel terbaru Tujuh Tips Cara Memilih Asuransi Kesehatan Keluarga

tabel keuangan rumah tangga

Demikian bagaimana cara mengatur keuangan rumah tangga setelah hadirnya sang buah hati. Sebagian besar mungkin Anda sudah pernah membaca atau mendengar.

Mudah – mudahan ini menjadi pengingat kembali bahwa perlu cara yang berbeda dalam merencanakan keuangan dari tidak punya anak menjadi punya anak.

Dan yang paling penting, semua rencana ini harus dilaksanakan dengan disiplin dan niat yang baik.

Selamat Mencoba!