Apa yang bisa dilakukan menghadapi kenaikan harga? Ada banyak cara, yang sebenarnya sangat mudah dilakukan, tapi sering dilupakan, untuk menghemat pengeluaran rumah tangga.
Salah satu tindakan paling realistis adalah menghemat pengeluaran rumah tangga. Dengan pengeluaran yang dihemat, kenaikkan harga tidak membuat jatah investasi harus dipotong.
Tips Menghemat Pengeluaran Rumah Tangga Bulanan
Sebenarnya, banyak hal sederhana dan mudah, yang bisa dilakukan untuk mengurangi pengeluaran. Tidak sesulit yang Anda bayangkan.
1. Belanja di Pasar Tradisional
Pengeluaran untuk makan menyedot anggaran cukup besar. Hitungan saya bisa 50 sd 60 % dari gaji bulanan. Karena itu, jika bisa dihemat, dampaknya akan sangat terasa.
Cari mudah menghemat adalah belanja di pasar.
Saya kaget! Harga buah kiwi di supermarket lebih mahal 2x lipat dari harga di tukang buah pasar tradisional. Itu buah kiwi hijau impor NZ, barangnya sama persis, di supermarket 10rb per buah, di tukang buah harganya tidak sampai 5rb per buah.
Sejak tahu itu, saya rajin membandingkan harga antara pasar tradisional dan supermarket.
Saya tahu bahwa harga di pasar swalayan memang lebih mahal dari pasar tradisional. Tapi yang saya surprise, perbedaan harganya begitu signifikan, sehingga sangat worthed untuk menghemat pengeluaran rumah tangga.
Belanja di pasar tradisional tidak sesulit yang dibayangkan banyak orang karena:
- Menjamurnya pasar modern dengan penataan lebih baik, bersih dan nyaman.
- Lakukan belanja 1x seminggu untuk keperluan 1 minggu kedepan. Cara ini bisa menghemat waktu.
Coba belanja di pasar tradisional. Anda akan merasakan penghematannya.
2. Hemat Listrik
Listrik adalah pengeluaran yang menyedot dana cukup besar.
Selain karena kenaikkan berkala tarif listrik, penggunaan barang elektronik yang makin beragam membutuhkan daya besar di rumah.
Ambil contoh pendingin ruangan (AC). Di jakarta, saya amati hampir semua orang punya, paling tidak satu mesin pendingin ruangan di rumah. Belum lagi mesin cuci dan seterika , yang terkenal rakus energi, sudah jadi item wajib di rumah.
Tapi, banyak pengalaman bahwa pos pengeluaran ini bisa dikendalikan. Karena sangat bergantung pada pola konsumsi di di rumah.
Apa saja yang bisa dilakukan:
Pertama, gunakan produk hemat listrik. Meskipun produk hemat energi harganya lebih mahal, namun penghematan yang dihasilkan akan dengan cepat menutup harga beli tersebut.
Beberapa waktu lalu, saya survei harga TV, yang ternyata harganya cukup beragam. Harga TV yang lebih murah umumnya punya daya listrik besar dibandingkan TV model baru yang meskipun harga mahal, tapi hemat listrik.
Kedua, perilaku disiplin anggota keluarga dalam menggunakan alat elektronik dan listrik di rumah.
Misalnya, salah seorang teman menerapkan aturan di rumahnya bahwa AC hanya boleh dihidupkan mulai jam 2 siang dan harus dimatikan jam 6 pagi. Siang hari lampu yang hidup hanya boleh minimal.
3. Hemat Biaya Kendaraan
Punya mobil atau motor itu wajib di kota besar seperti Jakarta, akibat transportasi umum yang masih jauh dari nyaman. Orang bisa punya kendaraan lebih dari satu, bisa dua atau bahkan tiga.
Rumah boleh kecil, dengan satu garasi, tapi mobilnya dua. Mobil terpaksa parkir di badan jalan. Itu pemandangan umum yang saya temukan di komplek rumah saya sendiri dan banyak perumahan lain.
Tapi apakah kita pernah berhitung secara rinci, berapa besarnya biaya memiliki kendaaran.
Punya mobil, Anda harus membayar untuk biaya berikut:
- Bensin yang akan makin mahal karena dihapusnya subsidi BBM membuat era bensin murah sudah tidak ada lagi.
- Biaya pemeliharaan setiap bulan. Makin tua usia mobil, makin besar biayanya.
- Biaya pajak kendaraan. Adanya pajak progresif – makin banyak punya mobil makin besar pajaknya – membuat Anda harus bayar lebih besar untuk punya kendaraan lebih dari satu.
- Cicilan bulanan. Ini jika mobilnya dibeli dengan berhutang.
Nilai mobil merosot setiap tahun, sehingga secara nilai asset mobil makin kecil. Artinya, secara ekonomi, punya mobil itu losing game karena di satu sisi biayanya makin besar, sementara di sisi lain nilanya makin kecil.
Pikirkan lagi jika ingin beli mobil. Selain membuat jalanan makin macet, konsekuensi keuangannya tidak kecil.
4. Mulai Lakukan Pola Hidup Sehat
Menurut survei sebuah perusahaan asuransi, berdasarkan klaim rumah sakit yang mereka bayar, biaya rawat inap tipus atau demam berdarah mencapai 3 sd 4 juta rupiah.
Jumlah yang tidak sedikit. Belum lagi penyakit lain yang lebih parah.
Jadi biaya kesehatan itu tidak murah. Bahkan bisa sangat signifikan. Dan sering datang tiba – tiba.
Karena itu gaya hidup sehat itu bukan hanya baik untuk kehidupan tapi menyehatkan kantong Anda.
Memang hidup sehat, dampaknya tidak segera. Tapi dalam jangka panjang akan membuahkan sesuatu hasil yang signifikan.
5. Kurangi Jajan dan Jalan di Mall (Efeknya Besar !)
Kebiasaan kelas menengah nongkrong di coffee shop. Menjamurnya cafe-cafe cantik membuat ngopi atau ngeteh sudah jadi gaya hidup.
Sesekali tidak masalah sebagai bagian dari pergaulan. Gak gaul, kata anak – anak muda.
Tapi kalau tiap hari beli kopi di cafe, itu menyedot uang Anda.
Rata – rata harga satu cangkir kopi adalah 25 rb. Kalau dalam 1 bulan, selama 25 hari beli kopi, total pengeluaran adalah 650 ribu. Itu baru satu cangkir, bagaimana jika dua atau tiga sehari. Belum lagi ditambah beli makanannya.
Pengeluaran jajan yang tampaknya kecil setiap hari (25 ribu), jika diakumulasi 1 bulan, jumlahnya tidak main-main.
Itu pengeluaran di hari kerja.
Di akhir pekan, berkunjung ke mall menyedot pengeluaran lebih besar lagi.
Jalan ke mall dengan 3 anggota keluarga, paling tidak menghabiskan biaya 500ribu. Kalau setiap akhir pekan ke mall, total biaya Rp 2 juta.
Dengan mengurangi jajan dan jalan di mall, Anda sudah bisa menghemat beberapa juta dalam sebulan.
Coba lihat lagi apa saja pengeluaran jajan selama ini. Saya yakin banyak yang bisa dihemat dari situ.
Kesimpulan
Berhemat bukan topik yang disukai banyak orang. Tapi itu langkah paling realistis menghadapi kenaikan harga demi dana pendidikan, dana pensiun yang layak.
Jika tidak berhemat, jatah investasi pasti yang paling dulu dipangkas. Akibatnya, dana pensiun berkurang dan dana pendidikan Anak terancam tidak cukup.
Ingin belajar lebih lanjut baca Cara Mudah Mengelola Keuanga Keluarga dan Panduan Berinvestasi Aman dan Untung.
Originally posted 2015-06-23 00:00:00.