Kriteria Memilih Investasi Reksadana (2023)

Salah satu pertanyaan yang paling kerap mengemuka saat membahas reksadana adalah bagaimana Memilih Investasi Reksadana terbaik. Ternyata, bagi sebagian orang, memilih reksadana bukan hal yang mudah. Akibatnya, tidak sedikit yang membatalkan niatnya berinvestasi di reksadana karena kebingungan itu.

Ini panduan kriteria memilih Reksadana.

Investasi Reksadana

Paling tidak, ada tiga tantangan yang saya alami ketika mulai Investasi Reksadana. Tantangan yang saya percaya juga banyak dijumpai oleh yang lain.

Pertama, jumlah Reksadana yang cukup banyak, dengan berbagai macam tawaran dan iming-iming. Semua meng-klaim “kecap nomer satu”.

Per akhir 2012, data Bapepam menunjukkan terdapat total 754 total reksadana yang dikelola oleh 73 Manajer Investasi di Indonesia. Bukan jumlah yang sedikit untuk dipilih.

Kedua, pemahaman yang masih terbatas mengenai investasi reksadana, karena instrumen ini relatif baru jika dibandingkan instrumen lain seperti deposito dan tabungan.

Harus banyak belajar, baca buku dan tanya sana – sini untuk memahami indikator – indikator kinerja reksadana. Banyak homeworks yang perlu dilakukan untuk memahami instrumen yang relatif baru.

Ketiga, karena uang yang diinvestasikan adalah uang masa depan yang sangat penting buat pendidikan anak dan dana pensiun, proses pemilihan reksadana menjadi ekstra hati – hati. Kadang – kadang malah terlalu hati – hati yang berujung pada penundaan karena takut melakukan kesalahan.

Ketakutan ini sangat mungkin disebabkan oleh pemahaman yang kurang mengenai reksadana sendiri.

Saya tidak tahu apakah teman – teman juga menghadapi kebingungan yang sama saat ingin investasi di reksadana.

Tetapi buat yang kebingungan, saya ingin berbagi mengenai kriteria yang saya gunakan ketika memilih reksadana. Kriteria pemilihan sebenarnya sesuatu yang subjektif tergantung pertimbangan masing – masing orang yang didorong oleh kebutuhan dan prioritas keuangan yang berbeda – beda.

Dengan saling berbagi, kita bisa belajar memperbaiki kriteria yang sudah kita punyai untuk lebih baik lagi.
 

Kriteria Reksadana

Ini kriteria saya.

#1 Usia Reksadana

Pertama, sudah berapa lama reksadana tersebut berdiri. Minimum batasan saya diatas 5 tahun.

Kenapa umur penting.

Pasar modal itu sifatnya cyclical, ada saatnya naik (bullish) dan ada saatnya turun (bearish). Saya mau reksadana yang saya pilih sudah melewati dua masa itu, naik dan turun.

Kalau bisa melewati dua masa itu dengan selamat, artinya reksadana ini sudah tahan banting.

#2 Hati – Hati dengan Return

Kedua, saya tidak menempatkan tingkat keuntungan sebagai faktor utama. Mungkin ini pertimbangan yang agak “aneh”.

Biasanya keuntungan adalah faktor yang paling cepat dilirik dan dibahas oleh pemodal saat mengevaluasi kinerja reksadana.

Makanya, return menjadi indikator yang paling banyak ‘dijual’ saat reksadana mempromosikan diri. Return tinggi seakan menjadi mantra penarik investor.

Kita tidak boleh lupa, adagium teori keuangan, “high risk high return”.

Dibalik keuntungan ada risiko. Dua sisi mata uang yang tidak terpisahkan. Return harus selalu dievaluasi bersamaan dengan risiko-nya. Karena itu, buat saya yang penting adalah perbandingan antara return dan risk.

Reksadana mana yang paling baik rasio antara keduanya, itu yang saya pilih.

Reksadana yang tingkat keuntungannya tinggi tetapi bobot resikonya jauh lebih besar, sehingga keuntungan menjadi tidak sebanding dengan resiko yang muncul, sebisa mungkin saya hindari.

Sebaliknya, reksadana yang keuntungan “biasa-biasa saja”, tetapi punya resiko yang rendah, sehingga rasio return dan risk –nya menjadi baik, akan jadi pilihan saya.

#3 Kemudahan Beli Reksadana

Ketiga, seberapa mudah akses pembelian reksadana tersebut.

Mengapa akses menjadi penting?

Karena investasi dilakukan secara rutin setiap bulan, maka perlu proses yang mudah.

Saya pernah mengalami punya reksadana yang kinerjanya bagus tetapi akses pembeliannya sulit. Diharuskan menghubungi manajer investasinya langsung setiap kali ingin menambah atau mencairkan dana. Tidak bisa beli online atau lewat bank.

Akibatnya jadwal investasi rutin menjadi tidak lancar dan terganggu. Pembelian sering tertunda karena akses investasi yang rumit ditengah tuntutan kesibukan pekerjaan.

Sejak itu, sebelum membeli reksadana, saya selalu pastikan dulu aksesnya mudah.

Misalnya, apakah bisa dibeli secara online, ada tidaknya fasilitas auto-invest yang membuat investasi bisa dilakukan secara otomatis hanya dengan sekali perintah. Kemudahan membeli atau menjual reksadana menjadi faktor yang sama pentingnya dengan kinerja reksadana, bagi saya.

Baca juga: Menabung di Asuransi vs Bank, Resikonya Amat Berbeda

#4 Jumlah Dana Kelolaan Reksadana

Keempat, jumlah dana kelolaan reksadana tersebut.

Besarnya dana menunjukkan besarnya kepercayaan dari masyarakat dan institusi pemodal.

Selain itu, reksadana dengan dana kelolaan besar umumnya diisi oleh pemodal institusi, yang saya tahu, memiliki proses seleksi yang ketat dalam memilih reksadana.

Pemodal institusi tidak hanya menilai aspek return-risk tetapi juga governance, tata kelola, dari pengelolaan reksadana. Governance atau tata kelola menjadi hal penting bagi institusi seperti reksadana yang mengelola dana masyarakat.

Walaupun begitu, banyak juga yang tidak suka reksadana dengan dana kelolaan besar karena dipandang tidak fleksible dalam berinvestasi, yang berujung pada tingkat keuntungan yang  kurang optimal.

Pengalaman saya memiliki reksadana dengan dana kelolaan besar tidak menunjukkan bahwa mereka jadi tertinggal tingkat keuntungannya dibandingkan reksadana yang lebih kecil ukurannya.

Kelima, besarnya managemen fee yang dibebankan oleh manajer investasi.

Fee yang besar mengurangi keuntungan reksadana. Karenanya, fee yang tinggi perlu diwaspadai dan jika memungkinkan dihindari.

Cara paling mudah adalah membandingkan fee yang ditarik oleh Manajer investasi yang satu dengan manajer investasi yang lain.

Yang membebankan fee lebih tinggi dibandingkan pers-nya manajer investasi yang sekelas, sebisa mungkin saya tidak pilih. Keuntungan yang tinggi akan tidak berarti, jika dikurangi oleh fee yang yang tinggi.

Apalagi, reksadana yang membebankan fee tinggi namun memiliki kinerja yang tidak bagus, sudah pasti harus segera dicoret dari daftar pilihan sejak awal.

Kriteria Memilih Reksadana
Kriteria Reksadana

Mudah- mudahan pengalaman saya ini bisa jadi masukkan dan pertimbangan bagi teman – teman yang masih menimbang reksadana apa yang mau dipilih, sehingga bisa segera memulai investasi di reksadana.

Ingin tahu dan belajar lebih jauh soal reksadana, silakan ikuti Kursus Reksadana atau simak Rp 100rb sudah bisa Beli Reksadana.

GRATIS e-book Panduan Reksadana Dasar

Originally posted 2013-06-17 00:00:00.