Apa yang Anda lihat ketika mencari Reksadana Terbaik? Mayoritas menilai hanya berdasarkan return, tingkat keuntungan. Tidak ada indikator lain yang menjadi ukuran atau patokan. Padahal, menilai hanya berdasarkan keuntungan, punya sejumlah kelemahan.
Bukankah tujuan investasi adalah menghasilkan keuntungan, sehingga masuk akal menggunakannya untuk memilih reksadana terbaik.
Umumnya ketika akan membeli Reksadana (Alasan Mengapa Investasi Reksadana, simak disini), calon investor meminta dokumen fact-sheet kepada manajer investasi, biasanya tersedia di web manajer investasi (baca penjelasan apa itu Manajer Investasi disini).
Di dalamnya sudah tersedia perhitungan keuntungan selama periode tertentu, yang kemudian dibandingkan dengan suatu benchmark yang umumnya juga sudah disediakan dalam dokumen tersebut.
Kalau keuntungan diatas benchmark (yang pasti ya karena ini kan dokumen ‘jualan’ manajer investasi), calon investor biasanya sudah yakin, bahwa telah memilih reksadana yang tepat.
Sayangnya, menilai reksadana berdasarkan tingkat keuntungan saja memiliki banyak kelemahan. Kelemahan yang justru membuat kesalahan dalam memilih reksadana dengan kinerja investasi terbaik.
Baca dan unduh GRATIS – Cara Investasi Reksadana baca disini.
Apa itu Return Reksadana
Sebelum membahas Return Reksadana, kita perlu tahu apakah Return tersebut.
Return adalah keuntungan yang diperoleh saat Anda melakukan investasi. Misalnya invest 1 juta kemudian menerima pengembalian 1.5 juta maka return menjadi 50%.
Return adalah faktor utama yang menjadi driver orang melakukan investasi.
Ada beberapa faktor yang penting Anda pahami soal Return, yaitu:
1. Return Realisasi
Return realisasi (realized return) adalah pengembalian yang telah terjadi.
Jenis pengembalian investasi ini dihitung berdasarkan data pengembalian historis.
Return realisasi menjadi indikator untuk mengukur kinerja perusahaan dan menjadi tolok ukur untuk mengukur return ekspektasi di masa mendatang.
2. Return Ekspektasi
Return ekspektasi adalah pengembalian yang diharapkan akan didapatkan oleh investor di masa yang akan datang.
Berbeda dengan return realisasi, return ekspektasi adalah pengembalian yang belum terjadi.
Tingkat pengembalian yang diharapkan merupakan keuntungan yang akan diterima oleh investor atas investasinya di perusahaan emiten di masa yang akan datang.
Tingkat pengembalian ini sangat dipengaruhi oleh prospek perusahaan tersebut di masa yang akan datang.
3. Risk and Return
Return sangat berhubungan dengan risk atau resiko.
Resiko adalah ketidakpastian bahwa suatu investasi dapat mencapai pengembalian yang diharapkan.
Bisa untung, bisa rugi, dalam bahasa awamnya adalah resiko.
Return yang tinggi memiliki resiko yang tinggi. Demikian sebaliknya.
4. Risk Adjusted Return
Karena hubungan yang erat antara return dan resiko, makanya muncul istilah Risk Adjusted Return,
Return disesuaikan dengan resiko menggunakan formulasi tertentu.
Risk adjusted return membuat investasi yang satu bisa dibandingkan dengan investasi lain di tingkat resiko yang sama.
Kesalahan Menilai Reksadana Hanya dari Return

Sejumlah kelemahan dan masalah dengan hanya menggunakan indikator keuntungan sebagai berikut:
a. Tidak Memperhitungkan Risiko
Risk dan Return adalah dua hal yang saling berdampingan, tidak terpisahkan. Pada saat keuntungan tinggi, artinya resikonya juga tinggi. Ketika hanya melihat return, kita tidak tahu seberapa besar risikonya. Pada saat ekonomi sedang bagus, risiko tidak akan terlihat, yang tampak hanyalah kenaikan keuntungan.
Namun, pada saat ekonomi turun, reksadana yang keuntungannya tadi paling tinggi, bisa jadi anjlok paling dalam. Kenapa? Karena sebelumnya reksadana tersebut tumbuh dengan membeli saham – saham lapis kedua yang risikonya tinggi.
Oleh karena itu, penilaian yang seharusnya adalah membandingkan keuntungan yang sudah disesuaikan dengan tingkat risiko (risk adjusted return). Dengan begitu, perbandingan menjadi fair. Reksadana risiko tinggi harus dibandingkan dengan reksadana risiko tinggi, bukan reksadana risiko tinggi dibandingkan reksadana risiko rendah.
b. Tidak Memperhitungkan Likuiditas
Salah satu risiko investasi reksadana adalah likuiditas, yaitu terhambat proses pencairan investasinya. Misalnya, reksadana menanamkan uangnya di saham – saham yang tidak likuid, yang susah dijual, ketika investor ingin mencairkan kepemilikannya mengalami kesulitan karena reksadana kesulitan menjual saham.
Risiko likuiditas tidak tercermin di dalam tingkat keuntungan. Reksadana yang tingkat keuntungannya tinggi tidak dengan sendirinya punya risiko likuiditas rendah.
c. Tidak Melihat Usia Reksadana
Semakin lama usia reksadana berarti menunjukkan bahwa ia sudah melewati masa boom dan masa bust pasar modal. Kalau reksadana Anda baru berumur 2 tahun, sementara selama 2 tahun tersebut pasar modal sedang booming, reksadana belum teruji dalam masa sulit. Belum tahu apakah reksadana tahan krisis. Ingat, pasar modal tidak selamanya tumbuh, harga saham tidak selamanya naik, ada saat krisis, ada saat harga saham jatuh.
d. Tidak Memperhitungkan Size Reksadana.
Jumlah dana kelolaan reksadana menunjukkan kredibilitas manajer investasi dan kepercayaan investor terhadap reksadana. Secara umum, makin besar ukuran dana, makin dipercaya dan makin populer reksadana tersebut.
Ada sebuah studi menarik mengenai implikasi jumlah dana kelolaan, yang intinya membuktikan bahwa jumlah dana kelolaan besar, diatas Rp 1 trilliun, memiliki kinerja yang lebih baik.
e. Tidak Dilakukan Evaluasi dalam Periode yang Sama.
Periode observasi yang sama merupakan syarat evaluasi bisa objektif. Periode berbeda sangat mungkin menghasilkan kinerja yang sama sekali berbeda. Agar fair dan objektif, perbandingkan antar reksadana harus dilakukan dalam periode observasi yang sama.
Masalahnya, ketika menilai kinerja reksadana dari fact-sheet, periode observasi sangat mungkin berbeda antara satu reksadana dengan reksadana yang lain. Jadi menilai hanya dari return, tanpa memastikan bahwa periode observasi sudah sama, tidak akan memberikan hasil yang akurat.
Kesimpulannya, menilai reksadana berdasarkan return itu penting, tetapi tidak cukup. Perlu tambahan informasi lain agar evaluasi reksadana dilakukan dengan akurat.
Cara Evaluasi Menentukan Reksadana Terbaik
Evaluasi reksadana yang ideal melibatkan banyak faktor, bukan hanya melihat satu faktor saja:
- RISIKO. Karena investasi memiliki risiko, keuntungan reksadana harus disesuaikan (adjusted) dengan risiko yang diambil. Risk adjusted risk adalah indikator yang seharusnya digunakan ketika membandingkan kinerja reksadana.
- LIKUIDITAS. Di instrumen mana investasi reksadana dilakukan. Jenis investasi mempengaruhi tingkat likuiditas, kemudahan pencairan. Semakin investasi dilakukan ke saham – saham blue-chips, atau obligasi rating bagus, likuiditas reksadana semakin baik.
- USIA. Semakin lama usia reksadana, semakin baik. Artinya, sudah melewati cycle perekonomian, saat jelek maupun saat bagus.
- DANA KELOLAAN. Seberapa besar dana kelolaan reksadana, makin besar makin baik. Besarnya dana kelolaan menunjukkan kepercayaan investor terhadap reksadana.
- OBJEKTIVITAS. Evaluasi antar reksadana harus dilakukan secara objektif, yaitu pada periode yang sama. Perhitungan keuntungan sebaiknya dilakukan oleh pihak yang Independen, bukan affiliasi manajer investasi terkait, supaya hasilnya objektif dan bisa dipertanggungjawabkan.
Ternyata banyak faktor diluar keuntungan yang wajib diperhitungkan ketika mencari reksadana terbaik. Bahkan, beberapa indikator yang disarankan diatas, informasinya tidak mudah diperoleh. Terus bagaimana?
Yang saya lakukan adalah menggunakan hasil peringkat reksadana terbaik. Peringkat meng-cover semua faktor – faktor diatas dalam menilai reksadana.
Jika masih ada pertanyaan atau uneg-uneg, silahkan tulis di comment. Saya akan berusaha menjawabnya.
Simak tulisan terbaru:
Originally posted 2013-11-01 00:00:00.